Kepala Sekolah SMPN I Sumenep Tidak Ada Etika Baik Terhadap Wartawan - mediaportalpacitan.com

Breaking

SELAMAT DATANG DI MEDIA PORTAL PACITAN

Jumat, 19 November 2021

Kepala Sekolah SMPN I Sumenep Tidak Ada Etika Baik Terhadap Wartawan


Jum'at, 19 Nopember 2021| Red. Mediaportalpacitan.com

MPP.com
Sumenep - Sikap Kepala Sekolah SMPN 1 Sumenep kurang profesional terhadap wartawan, Bertele-tele saat dikonfirmasi terkait adanya obat yang berbentuk tablet dibuang berserakan di area sekolah. 

Obat tersebut adalah tablet tambah darah (kimia Farma) yang berjumlah banyak sekali, dibiarkan berserakan di area sekolah, di sebelah musholla yang berada di dalam lingkungan Sekolah. 

Sedangkan di Desa Kalianget Barat Kecamatan Kalianget, ada orang yang sakit bertahun-tahun berbaring di tempat tidur, tidak sanggup untuk berobat dikarenakan tidak memiliki uang dan kartu BPJS disaat suaminya kerja dulu sudah tidak bisa dipergunakan lagi, karena sudah bertahun-tahun nunggak tidak sanggup membayarnya karena sudah tidak bekerja.

Berawal dari informasi masyarakat Sumenep yang mengirimkan video Obat yang berserakan itu, awak media langsung berupaya mendatangi sekolah untuk melakukan konfirmasi, 'kenapa obat tersebut sampai dibuang begitu saja? dan dari mana obat tersebut didapatkan?'. Tapi pihak SMPN 1 Sumenep tak acuh kepada Wartawan.

 Disaat dua media mendatangi SMPN 1 Sumenep diarahkan langsung untuk kekantor ruang Guru, tapi malah di suruh kembali untuk menunggu diruang lubi hingga hampir 1 jam menunggu tak tampak pihak guru yang menemuinya.

Disaat ada guru perempuan yang kebetulan lewat di ruang lobi, awak media melontarkan pertanyaan, "kenapa sampai saat ini kami juga tidak ditemui pihak Sekolah, kalau kiranya tidak ada yang bersedia di konfirmasi, kimi mau balik Bu," tanya awak media kepada Ibu guru tersebut.

Setelah itu, beberapa menit kemudian datang seseorang yang mengaku guru Kesenian yang bernama Pardi SPD (ASN), dengan menyatakan tidak bisa memberikan komentar atas konfirmasi wartawan.

"Saya guru kesenian yang tidak punya kewenangan untuk memberikan komentar, Kepala Sekolah lagi diluar," ujarnya.

Disaat awak media meminta nomor telepon Kepseknya yang bisa dilakukan konfirmasi, guru tersebut juga bertele-tele dengan berbagai alasan tidak mau memberikan nomor telepon. Disaat wartawan mau keluar akhirnya Pardi memberikan juga nomor telepon Kepsek.

Hasil konfirmasi awak media dengan Kepsek tersebut melalui chat WhatsApp, enggan berkomentar terkait obat-obatan tersebut di WhatsApp, dirinya meminta kepada wartawan untuk bertemu di sekolah.

"Sebaiknya bertemu saja pak. Agar bisa komunikasi dengan baik. Maaf bila saat ini saya gak bisa menemui njenengan karena ada kegiatan di luar," jawabannya, Rabu 17/11/2021.

Ke esokannya, disaat awak media mau menghadap Ke sekolah, Kepsek mengatakan bahwa persoalan tersebut sudah di delegasikan kepada bagian humas. 

"Saya tunggu njenengan tadi pukul 09.00, Sekitar 09.45 saya ke Dinas Pendidikan. Tapi saya tadi sudah saya delegasikan ke bagian humas (P.Agus Hermanto)," jawabannya di WhatsApp, Kamis 18/11/2021, sekitar pukul 11.45 wib.

Disaat awak media meminta komentarnya, 'kenapa obat itu yang begitu banyak dibiarkan berserakan di area sekolah,' Kepsek diam membisu mengabaikan konfirmasi wartawan.

Sikap Kepala Sekolah tersebut terkesan tidak profesional terhadap wartawan yang sedang melakukan tugas profesinya untuk menggali informasi pemberitaan, atas adanya beberapa kardus obat tablet penambah darah yang dibiarkan berserakan di area sekolah.

Pasalnya awak media sebelumnya sudah berusaha mendatangi langsung ke sekolah, tapi hanya ditemui oleh guru kesenian yang tidak memiliki kapasitas untuk memberikan penjelasan, sedangkan guru bagian humas tersebut tidak menemui wartawan.(m.as)

Tidak ada komentar: